IBUKU, aku mencintaimu
Ibu.. tiba-tiba dimalam ini aku
teringat padanya, sangat merindukannya. Ibu..aku
tidak bisa tidur sekarang..aku ingin tertidur tapi sulit untuk memejamkan mata
ini. Aku ingin tertidur dipangkuanmu.
Aku tiba-tiba
teringat tentang ibuku ibuku adalah inspirasiku. Ia adalah teman, sahabat,
bahkan seorang ibu yang sangat baik bagi anak-anaknya. Kami selalu bercerita
satu-sama lain. Ia selalu menyempatkan waktu untuk datang ke kamarku dengan
raut wajah yang penuh senyum dan siap untuk mendengarkan curhatanku, Selalu
menanyakanku apakah aku sudah makan atau belum. Dulu hampir setiap malam aku
tertidur dipangkuannya, entah itu siang ataupun malam. Bahkan saat aku sudah
dibangku SMA pun aku masih tetap melakukan kebiasaan itu. Setiap malam ibuku
selalu menyodorkan kakinya agar aku bisa menopangkan kepalaku di pangkuannya.
Aku tahu, meskipun ia lelah ia tak pernah mengeluh untuk menopang kepalaku yang
manja itu. Dan dengan mudahnya, aku segera tertidur jika berada dipangkuannya.
Aku masih sangat
ingat. Dulu, ketika aku masih kecil ibuku selalu menceritakan banyak kisah
untukku sebelum aku tidur. Ia mendatangi aku dan adik-adikku, kemudian kami
berkumpul untuk mendengarkan ceritanya hingga kami tertawa, ketakutan, bahkan
menangis sampai akhirnya kami tertidur. Jika kami tertidur diruang tamu, ibuku
tidak akan tidur terlebih dahulu sebelum semua anaknya pindah ke kamar
masing-masing. Beberapa waktu kemudian ibuku akan mendatangi satu-persatu kamar
anaknya untuk mengecek apakah anaknya sudah tertidur atau belum. Jika ia melihat
kami masih melek, ia akan bertanya mengapa kami belum tidur, lalu ia akan
menemani kami hingga kami tertidur pulas dan mendekap kami dengan erat.
Pada suatu malam
ketika aku masih duduk dibangku SD, aku terbangun ditengah malam dan tidak bisa
tertidur kembali. Lalu, aku melihat ibuku masuk kedalam kamarku. Aku pura-pura tidur
untuk mengetahui apa yang akan dilakukan oleh ibuku. Ternyata, ibuku datang
dengan membawa center untuk mengecek apakah tidurku lelap atau tidak meskipun
kamarku tidak gelap, karena penglihatan ibuku sudah tidak setajam dulu. Lalu
ibuku melihatku tidur tidak memakai selimut dan kemudian ia keluar sebentar
dari kamarku lalu kemudian kembali lagi dengan membawa selimut yang tebal dan
lebar sebelum akhirnya menyelimuti tubuhku sehingga terasa hangat. Setelah itu,
ia mengecek ke seluruh sudut ruangan kamarku untuk mencari nyamuk yang sedang
hinggap. Jika ia mendapatinya, ia akan mengejarnya sampai tertangkap. Itulah
ibuku, ia tidak akan rela jika anaknya digigit serangga sekalipun. Kemudian,
ibuku membelai rambutku dan akhirnya mencium keningku. Setelah ia yakin tidak
ada nyamuk atau serangga yang menghinggapi kulitku, barulah ia keluar dari
kamarku. Setelah ibuku keluar dari kamarku, aku mendengar suara pintu lain juga
dibuka yang datangnya dari kamar adikku. Dan ternyata ibuku juga melakukan hal
yang sama dikamar adikku. Semenjak saat itu, aku mengetahui bahwa ibuku
melakukan hal yang sama setiap malamnya kepada anak-anaknya. Mengecek kondisi
anaknya yang sedang tertidur lelap ditengah malam. Bahkan,hingga aku kuliah pun
ibuku masih melakukan hal yang sama ketika aku berada di rumah.
Setiap pagi,
ibuku jarang sekali terlambat menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya meski
dalam kondisi apapun. Setiap kami akan berangkat ke sekolah, ibuku mengharuskan
kami untuk sarapan terlebih dahulu. Jika tidak, ibuku akan terus meneriaki kami
untuk sarapan pagi. Aku masih ingat, suatu saat aku terlambat berangkat ke
sekolah, dan aku tidak sarapan pagi terlebih dahulu. Lalu aku segera berangkat
ke sekolah. Ketika aku sudah berjalan dan berjarak kira-kira 50 m dari rumah,
aku mendengar suara ibuku memanggilku. Dan aku menengok kebelakang, ternyata
dengan tergopoh-gopoh ibuku mengejarku dari belakang dan berteriak bahwa aku
belum sarapan pagi. Ia menyuruhku berbalik ke rumah, namun aku menolak karena
sudah terlambat berangkat ke sekolah. Ibuku lalu menyodorkan uang jajan tambahan.
Ia berkata bahwa aku harus membeli roti ketika dijalan untuk mengganjal perut.
Dengan raut muka yang cemas, ibuku melepasku pergi. Padahal dalam hatiku
berkata, tidak akan terjadi apa-apa
padaku hanya karena aku tidak sarapan pagi. Waktu itu aku menganggap hal
itu sangat lucu.
Pernah suatu
ketika aku bertengkar dengan ibuku, waktu itu aku masih duduk dibangku kelas 1
SMA. Mungkin karena saking jengkelnya, ibuku menyuruhku agar pulang sekolah
nanti aku pulang kerumah kakakku yang letaknya sangat jauh dari rumahku. Tanpa pikir
panjang, akupun ketika pulang sekolah langsung pulang kerumah kakakku tanpa
memberi kabar terlebih dahulu pada ibuku. Aku hanya berpikir bahwa ibuku menyuruhku
tidak pulang ke rumah. Saat itu kebetulan sekolahku sedang masuk siang dan
pulang pada malam hari karena ada pergantian masuk jam sekolah. Paginya aku
baru mengabari bapakku bahwa aku pulang ke rumah kakakku. Dan aku pun
berangkat ke sekolah dari rumah kakakku
hingga hari kedua itulah aku baru pulang kerumahku dengan dijemput oleh bapakku
dipersimpangan jalan utama menuju rumahku. Selama dijalan, bapakku bercerita
padaku bahwa sudah semalaman ibuku tidak tidur karena memikirkanku yang belum
pulang kerumah, ia selalu mondar-mandir keluar rumah untuk menungguku pulang.
Ibuku bahkan memaksa bapakku untuk menungguku dipersimpangan jalan hingga pukul
satu malam, takut kalau tiba-tiba aku pulang tanpa ada yang menjemput dan ia
takut akan terjadi apa-apa denganku. Ibuku menghubungi semua saudaraku dan
menanyakan apakah aku menginap dirumah mereka. Ibuku berkata bahwa ia sangat
menyesal telah bertengkar denganku dan memarahiku hingga membuatku tidak pulang
semalaman. Dari cerita bapakkku tersebut aku merasa sangat bersalah pada ibuku.
Aku tidak menyangka bahwa dampaknya akan sebesar itu sehingga membuat ibuku
sedih. Ketika aku tiba dirumah, aku mendapati ibuku sudah berada didepan rumah
dengan raut muka yang muram. Dan sesampainya dikamar, ibuku mendekatikku dan
berkata bahwa aku jangan pergi kemana-mana lagi. Ibuku tidak sungguh-sungguh
untuk menyuruhku pulang ke rumah kakakku, ia menyesal telah memarahiku. Lalu
ibuku keluar dari kamarku dengan raut kesedihan diwajahnya. Setelah itu, aku merasa
ada setetes air bening dan hangat keluar dari mataku, dan aku pun menangis
tersedu-sedu, menyesal telah melakukan hal itu. Aku langsung memohon ampun
kepada Allah.
Ketika aku baru
pertama kalinya pergi dari rumah untuk kuliah di Jakarta, aku mendengar cerita
dari bibiku bahwa ibuku menangis seharian di belakang rumahku karena
kepergianku. Ibuku menangis hingga matanya membengkak dan merah. Ketika untuk
pertama kalinya aku pulang dari Jakarta, ibuku menyambutku dengan wajahnya
yangg penuh dengan senyuman sumringah. Ibuku berkata bahwa ia sangat takut terjadi
apa-apa denganku. Ibuku mengkhawatirkan kesehatanku, lalu menanyakan makanan
apa yang aku makan? apakah uangku cukup atau tidak? bagaimana dengan alas
tidurku? dimana aku tinggal? Banyak nyamukkah? Nyamankah? Dan berbagai
pertanyaan lainnya yang ia tanyakan. Lalu ibuku mendengarkan semua ceritaku
seperti seorang anak kecil yang mendengarkan dongeng dari ibunya. Sangat
antusias.
Baru-baru ini,
ketika aku kuliah di semester 5, ibuku bertanya kepadaku dimanakah aku akan
tinggal kelak ketika aku sudah bersuami? Lalu akupun menjawab, bahwa aku akan
mengikuti dimanapun suamiku tinggal. Lalu ibuku terdiam. Ia tidak berkata
apa-apa. Aku mengerti bahwa ibuku sangat sedih aku akan pergi dari sisinya dan
sebentar lagi aku tidak akan selalu berada di dekatnya untuk mengurusnya setiap
saat. Lalu aku cepat-cepat berkata untuk menghiburnya, bahwa disampingnya masih
ada kedua adikku yang akan siap menjaganya. Dan ibuku pun berkata bahwa kedua
adikku itu berbeda denganku. Mereka tidak akan sepertiku yang sering
membantunya dan anak laki-laki itu tidak seperti anak perempuan yang telaten
dalam mengurus orang tuanya. Aku sangat sedih mendengar pernyataan ibuku. Aku
takut jika suatu saat nanti aku melupakan mereka, aku takut jika suatu saat
nanti aku tidak bisa mengurus mereka, aku takut jika aku tidak bisa membalas
jasa-jasa mereka, aku sangat takut kehilangan mereka. Aku menyadari, sebagai
satu-satunya anak perempuan dikeluargaku, akulah yang sangat diharapkan oleh
ibuku untuk mengurus ibu dan bapakku kelak ketika mereka sudah tua renta. Tapi,
aku sangat takut jika aku tidak bisa berada disamping mereka ketika mereka
membutuhkanku. Lalu aku berusaha menghibur ibuku dengan berkata, dalam kondisi
apapun, aku akan selalu memperhatikannya, menengoknya, menelepon untuk
menanyakan kabarnya, dan akan selalu bercerita tentang kehidupanku padanya. Aku
tidak akan melupakannya dan membiarkannya menghabiskan masa tuanya tanpa
diriku.
Dari hal-hal
tersebut, aku baru menyadari bahwa ibuku sangat menyayangi dan mencintaiku.
Tetapi, dulu aku tidak pernah menyadarinya. Seperti dikisah Eliana, ibuku adalah orang yang selalu
melakukan beberapa hal yang paling terakhir, seperti makan paling terakhir,
tidur paling terakhir. Kemudian, ibuku juga yang paling awal dalam melakukan
beberapa hal, seperti bangun pagi, memasak, membereskan rumah dan lain
sebagainya. Meskipun ibuku tidak berpendidikan tinggi dan sepintar ibu-ibu modern
seperti kebanyakan di zaman sekarang, aku sangat bangga memilikinya. Aku bangga
menjadi anak dari seorang ibu hebat yang lembut dan penuh kasih sayang
sepertinya. Ibuku selalu berkorban untuk anak-anaknya. Selama ini, ibukulah
yang selalu menguatkanku, dan ia adalah alasanku mengapa aku bisa bertahan
sampai sekarang. Aku ingin sekali membahagiakannya kelak. Aku sangat
mencintainya. Entah kenapa, baru sekarang aku menyadari bahwa betapa pentingnya
arti seorang ibu bagiku ketika aku sudah dewasa. Diluar sana masih banyak
anak-anak yang tidak memiliki ibu, bahkan kehilangan ibunya sehingga tidak
merasakan kasih saying ibu yang begitu sempurnanya seperti diriku. Aku baru menyadari
bahwa kasih ibu tidak akan pernah terbayar dengan apapun, bahkan oleh seisi
dunia ini. Aku tidak akan pernah bisa membayar jasa-jasanya, serta kasih sayang
tulus yang telah diberikannya padaku dan adik-adikku. Aku sangat bersyukur
kepada Allah bahwa aku masih diberikan orang tua yang lengkap, keluarga yang
lengkap, penuh kasih sayang dan dipenuhi dengan suasana yang hidup dengan canda
tawa. Karena aku menyadari bahwa sebentar lagi mereka tidak akan lama lagi
berada disisiku.
I Love U Mom…Love
U So Much..