Rabu, 28 November 2012

IBUKU, Inspirasiku


IBUKU, aku mencintaimu

Ibu.. tiba-tiba dimalam ini aku teringat padanya, sangat merindukannya. Ibu..aku tidak bisa tidur sekarang..aku ingin tertidur tapi sulit untuk memejamkan mata ini. Aku ingin tertidur dipangkuanmu.

Aku tiba-tiba teringat tentang ibuku ibuku adalah inspirasiku. Ia adalah teman, sahabat, bahkan seorang ibu yang sangat baik bagi anak-anaknya. Kami selalu bercerita satu-sama lain. Ia selalu menyempatkan waktu untuk datang ke kamarku dengan raut wajah yang penuh senyum dan siap untuk mendengarkan curhatanku, Selalu menanyakanku apakah aku sudah makan atau belum. Dulu hampir setiap malam aku tertidur dipangkuannya, entah itu siang ataupun malam. Bahkan saat aku sudah dibangku SMA pun aku masih tetap melakukan kebiasaan itu. Setiap malam ibuku selalu menyodorkan kakinya agar aku bisa menopangkan kepalaku di pangkuannya. Aku tahu, meskipun ia lelah ia tak pernah mengeluh untuk menopang kepalaku yang manja itu. Dan dengan mudahnya, aku segera tertidur jika berada dipangkuannya.
Aku masih sangat ingat. Dulu, ketika aku masih kecil ibuku selalu menceritakan banyak kisah untukku sebelum aku tidur. Ia mendatangi aku dan adik-adikku, kemudian kami berkumpul untuk mendengarkan ceritanya hingga kami tertawa, ketakutan, bahkan menangis sampai akhirnya kami tertidur. Jika kami tertidur diruang tamu, ibuku tidak akan tidur terlebih dahulu sebelum semua anaknya pindah ke kamar masing-masing. Beberapa waktu kemudian ibuku akan mendatangi satu-persatu kamar anaknya untuk mengecek apakah anaknya sudah tertidur atau belum. Jika ia melihat kami masih melek, ia akan bertanya mengapa kami belum tidur, lalu ia akan menemani kami hingga kami tertidur pulas dan mendekap kami dengan erat.
Pada suatu malam ketika aku masih duduk dibangku SD, aku terbangun ditengah malam dan tidak bisa tertidur kembali. Lalu, aku melihat ibuku masuk kedalam kamarku. Aku pura-pura tidur untuk mengetahui apa yang akan dilakukan oleh ibuku. Ternyata, ibuku datang dengan membawa center untuk mengecek apakah tidurku lelap atau tidak meskipun kamarku tidak gelap, karena penglihatan ibuku sudah tidak setajam dulu. Lalu ibuku melihatku tidur tidak memakai selimut dan kemudian ia keluar sebentar dari kamarku lalu kemudian kembali lagi dengan membawa selimut yang tebal dan lebar sebelum akhirnya menyelimuti tubuhku sehingga terasa hangat. Setelah itu, ia mengecek ke seluruh sudut ruangan kamarku untuk mencari nyamuk yang sedang hinggap. Jika ia mendapatinya, ia akan mengejarnya sampai tertangkap. Itulah ibuku, ia tidak akan rela jika anaknya digigit serangga sekalipun. Kemudian, ibuku membelai rambutku dan akhirnya mencium keningku. Setelah ia yakin tidak ada nyamuk atau serangga yang menghinggapi kulitku, barulah ia keluar dari kamarku. Setelah ibuku keluar dari kamarku, aku mendengar suara pintu lain juga dibuka yang datangnya dari kamar adikku. Dan ternyata ibuku juga melakukan hal yang sama dikamar adikku. Semenjak saat itu, aku mengetahui bahwa ibuku melakukan hal yang sama setiap malamnya kepada anak-anaknya. Mengecek kondisi anaknya yang sedang tertidur lelap ditengah malam. Bahkan,hingga aku kuliah pun ibuku masih melakukan hal yang sama ketika aku berada di rumah.
Setiap pagi, ibuku jarang sekali terlambat menyiapkan sarapan pagi untuk anak-anaknya meski dalam kondisi apapun. Setiap kami akan berangkat ke sekolah, ibuku mengharuskan kami untuk sarapan terlebih dahulu. Jika tidak, ibuku akan terus meneriaki kami untuk sarapan pagi. Aku masih ingat, suatu saat aku terlambat berangkat ke sekolah, dan aku tidak sarapan pagi terlebih dahulu. Lalu aku segera berangkat ke sekolah. Ketika aku sudah berjalan dan berjarak kira-kira 50 m dari rumah, aku mendengar suara ibuku memanggilku. Dan aku menengok kebelakang, ternyata dengan tergopoh-gopoh ibuku mengejarku dari belakang dan berteriak bahwa aku belum sarapan pagi. Ia menyuruhku berbalik ke rumah, namun aku menolak karena sudah terlambat berangkat ke sekolah. Ibuku lalu menyodorkan uang jajan tambahan. Ia berkata bahwa aku harus membeli roti ketika dijalan untuk mengganjal perut. Dengan raut muka yang cemas, ibuku melepasku pergi. Padahal dalam hatiku berkata, tidak akan terjadi apa-apa padaku hanya karena aku tidak sarapan pagi. Waktu itu aku menganggap hal itu sangat lucu.
Pernah suatu ketika aku bertengkar dengan ibuku, waktu itu aku masih duduk dibangku kelas 1 SMA. Mungkin karena saking jengkelnya, ibuku menyuruhku agar pulang sekolah nanti aku pulang kerumah kakakku yang letaknya sangat jauh dari rumahku. Tanpa pikir panjang, akupun ketika pulang sekolah langsung pulang kerumah kakakku tanpa memberi kabar terlebih dahulu pada ibuku. Aku hanya berpikir bahwa ibuku menyuruhku tidak pulang ke rumah. Saat itu kebetulan sekolahku sedang masuk siang dan pulang pada malam hari karena ada pergantian masuk jam sekolah. Paginya aku baru mengabari bapakku bahwa aku pulang ke rumah kakakku. Dan aku pun berangkat  ke sekolah dari rumah kakakku hingga hari kedua itulah aku baru pulang kerumahku dengan dijemput oleh bapakku dipersimpangan jalan utama menuju rumahku. Selama dijalan, bapakku bercerita padaku bahwa sudah semalaman ibuku tidak tidur karena memikirkanku yang belum pulang kerumah, ia selalu mondar-mandir keluar rumah untuk menungguku pulang. Ibuku bahkan memaksa bapakku untuk menungguku dipersimpangan jalan hingga pukul satu malam, takut kalau tiba-tiba aku pulang tanpa ada yang menjemput dan ia takut akan terjadi apa-apa denganku. Ibuku menghubungi semua saudaraku dan menanyakan apakah aku menginap dirumah mereka. Ibuku berkata bahwa ia sangat menyesal telah bertengkar denganku dan memarahiku hingga membuatku tidak pulang semalaman. Dari cerita bapakkku tersebut aku merasa sangat bersalah pada ibuku. Aku tidak menyangka bahwa dampaknya akan sebesar itu sehingga membuat ibuku sedih. Ketika aku tiba dirumah, aku mendapati ibuku sudah berada didepan rumah dengan raut muka yang muram. Dan sesampainya dikamar, ibuku mendekatikku dan berkata bahwa aku jangan pergi kemana-mana lagi. Ibuku tidak sungguh-sungguh untuk menyuruhku pulang ke rumah kakakku, ia menyesal telah memarahiku. Lalu ibuku keluar dari kamarku dengan raut kesedihan diwajahnya. Setelah itu, aku merasa ada setetes air bening dan hangat keluar dari mataku, dan aku pun menangis tersedu-sedu, menyesal telah melakukan hal itu. Aku langsung memohon ampun kepada Allah.
Ketika aku baru pertama kalinya pergi dari rumah untuk kuliah di Jakarta, aku mendengar cerita dari bibiku bahwa ibuku menangis seharian di belakang rumahku karena kepergianku. Ibuku menangis hingga matanya membengkak dan merah. Ketika untuk pertama kalinya aku pulang dari Jakarta, ibuku menyambutku dengan wajahnya yangg penuh dengan senyuman sumringah.  Ibuku berkata bahwa ia sangat takut terjadi apa-apa denganku. Ibuku mengkhawatirkan kesehatanku, lalu menanyakan makanan apa yang aku makan? apakah uangku cukup atau tidak? bagaimana dengan alas tidurku? dimana aku tinggal? Banyak nyamukkah? Nyamankah? Dan berbagai pertanyaan lainnya yang ia tanyakan. Lalu ibuku mendengarkan semua ceritaku seperti seorang anak kecil yang mendengarkan dongeng dari ibunya. Sangat antusias.
Baru-baru ini, ketika aku kuliah di semester 5, ibuku bertanya kepadaku dimanakah aku akan tinggal kelak ketika aku sudah bersuami? Lalu akupun menjawab, bahwa aku akan mengikuti dimanapun suamiku tinggal. Lalu ibuku terdiam. Ia tidak berkata apa-apa. Aku mengerti bahwa ibuku sangat sedih aku akan pergi dari sisinya dan sebentar lagi aku tidak akan selalu berada di dekatnya untuk mengurusnya setiap saat. Lalu aku cepat-cepat berkata untuk menghiburnya, bahwa disampingnya masih ada kedua adikku yang akan siap menjaganya. Dan ibuku pun berkata bahwa kedua adikku itu berbeda denganku. Mereka tidak akan sepertiku yang sering membantunya dan anak laki-laki itu tidak seperti anak perempuan yang telaten dalam mengurus orang tuanya. Aku sangat sedih mendengar pernyataan ibuku. Aku takut jika suatu saat nanti aku melupakan mereka, aku takut jika suatu saat nanti aku tidak bisa mengurus mereka, aku takut jika aku tidak bisa membalas jasa-jasa mereka, aku sangat takut kehilangan mereka. Aku menyadari, sebagai satu-satunya anak perempuan dikeluargaku, akulah yang sangat diharapkan oleh ibuku untuk mengurus ibu dan bapakku kelak ketika mereka sudah tua renta. Tapi, aku sangat takut jika aku tidak bisa berada disamping mereka ketika mereka membutuhkanku. Lalu aku berusaha menghibur ibuku dengan berkata, dalam kondisi apapun, aku akan selalu memperhatikannya, menengoknya, menelepon untuk menanyakan kabarnya, dan akan selalu bercerita tentang kehidupanku padanya. Aku tidak akan melupakannya dan membiarkannya menghabiskan masa tuanya tanpa diriku.
Dari hal-hal tersebut, aku baru menyadari bahwa ibuku sangat menyayangi dan mencintaiku. Tetapi, dulu aku tidak pernah menyadarinya. Seperti dikisah Eliana, ibuku adalah orang yang selalu melakukan beberapa hal yang paling terakhir, seperti makan paling terakhir, tidur paling terakhir. Kemudian, ibuku juga yang paling awal dalam melakukan beberapa hal, seperti bangun pagi, memasak, membereskan rumah dan lain sebagainya. Meskipun ibuku tidak berpendidikan tinggi dan sepintar ibu-ibu modern seperti kebanyakan di zaman sekarang, aku sangat bangga memilikinya. Aku bangga menjadi anak dari seorang ibu hebat yang lembut dan penuh kasih sayang sepertinya. Ibuku selalu berkorban untuk anak-anaknya. Selama ini, ibukulah yang selalu menguatkanku, dan ia adalah alasanku mengapa aku bisa bertahan sampai sekarang. Aku ingin sekali membahagiakannya kelak. Aku sangat mencintainya. Entah kenapa, baru sekarang aku menyadari bahwa betapa pentingnya arti seorang ibu bagiku ketika aku sudah dewasa. Diluar sana masih banyak anak-anak yang tidak memiliki ibu, bahkan kehilangan ibunya sehingga tidak merasakan kasih saying ibu yang begitu sempurnanya seperti diriku. Aku baru menyadari bahwa kasih ibu tidak akan pernah terbayar dengan apapun, bahkan oleh seisi dunia ini. Aku tidak akan pernah bisa membayar jasa-jasanya, serta kasih sayang tulus yang telah diberikannya padaku dan adik-adikku. Aku sangat bersyukur kepada Allah bahwa aku masih diberikan orang tua yang lengkap, keluarga yang lengkap, penuh kasih sayang dan dipenuhi dengan suasana yang hidup dengan canda tawa. Karena aku menyadari bahwa sebentar lagi mereka tidak akan lama lagi berada disisiku.
I Love U Mom…Love U So Much..

2 komentar:

  1. huhuhuhu... sedih :(
    aku jadi inget ibuku,

    ibuku selalu menangis saat aku balik ke Jakarta,
    bahkan karena saking sedihnya pernah ditilang polisi gara2 ngblank dan menerabas lampu merah -_-

    BalasHapus
  2. huhu iyaah.. kalo udah inget sama ibu tuh sedihnya gak abis-abis..

    ibuku juga biasanya nangis klo aku k jakarta..:')

    Ibumu so sweet bget yah..:D tapi apa sih yang gak dilakukan seorang ibu untuk anaknya??pasti semuanya bakal dilakuin kan,,:D

    BalasHapus